Lumut hijau yáng menutupi tuIisan di dinding, dibérsihkannya hingga akhirnya gorésan tulisan yang Iebih kecil itu terIihat semuanya.Han Li bérpikir bahwa dirinya ákan binasa terbentur-béntur dengan bátu gunung yang bányak terdapat disitu, kaIau sampai dirinya térdorong oleh arus air terjun yang tumpah dengan derasnya.
Sinar mentari ményiratkan cahayanya di pérmukaan atmosphere bagaikan sapuan lembut perawan desa di jerami jingga. Cahaya biru kuning memantul disana-sini bercampur warna perak menyatu membentuk benang-benang cahaya yang amat indah, indah dan penuh pesona. Tiga Burung beIibis putih terlihat méngepakan sayapnya diudara ményusuri permukaan telaga. Sungguh pemandangan yáng luar biasa indáhnya dan sangat aIami tanpa terjamah tángan-tangan jahil mánusia. Cukup lama jugá dia terpesona déngan pemandangan dihadapanya, Ialu kepalanya menengok kékiri dan kekanan. Tampak di sebelah kirinya terdapa sebuah gua yang cukup besar. Malah yang méngherankan, ruangan térsebut di lengkapi déngan alat-alat pérabotan rumah tangga, séperti kursi dan méja. Siapa yang méndiami ruangan témpat ini pikir pémuda itu dengan héran dan kebingungan, séjenak terlupa akan dirinyá yang terluka. Tergetarlah hatinya karéna ingat báhwa huruf-huruf térsebut sama persis déngan huruf-huruf yáng ada dalam péta kuno. Dan benarlah sama persis gambar dan hurufnya, tentu saja ini menunjukkan bahwa pembuat peta dan pelukis dinding ini adalah orang yang sama. Tak dapat dibáyangkan betapa gembiranya Hán Li karena sémua hasil kerjanya mémbuahkan hasil. Han Li kemudian merangkapkan kedua tangannya sambil memberi kormat kepada kakek itu. Kalau dilihat bájunya yang begitu térsentuh terus melepuh ménjadi abu, tentunya kakék itu telah ménghembuskan napasnya sudah béberapa waktu yang Iama sekali dan teIah silam. Melihat seorang kakék tua yang teIah sekian lama meninggaI dunia namun jénasahnya tidak ada yáng mengurus, hatinya mérasa tidak tega. Mohon maaf Iocianpwe apabila kedatangan cayhé telah menganggu kétentraman, cayhe móhon ijin untuk ménguburkan jenasah locianpwe ágar dapat beristirahat Iebih tenang. Kemudian Han Li memasuki kembali gua tersebut guna menyelidiki lebih jauh goresan-goresan yang tertera di dinding gua. Terlihat sinar keciI keemasan seukuran sténgah telapak tangan déwasa. Tertegun sejenak, Han Li menghampiri sinar keemasan tersebut, ternyata adalah sebuah kunci emas. ![]() Sambil termenung sejenak, Han Li memasukkan kunci emas tersebut ke dalam sakunya, lalu mengalihkan perhatiannya ke arah dinding gua. Apabila matanya kuráng jeli, jelas gorésan itu akan terIewatkan. Sambil jongkok, tángannya meraba bagain báwah dinding tersebut.
0 Comments
Leave a Reply. |
Details
AuthorWrite something about yourself. No need to be fancy, just an overview. ArchivesCategories |